Ada Al-Qur'an Usia Ratusan Tahun di Masjid Jami Al-Anwar Lampung

Plus meriam sebagai penanda berbuka puasa

Bandar Lampung, IDN Times - Masjid Jami Al-Anwar merupakan salah satu masjid tertua di Provinsi Lampung. Berdiri sejak 1839, menjadikan tempat ini sebagai salah satu kawasan wisata religi tak hanya bagi masyarakat Lampung saja, tapi juga beberapa daerah di luar provinsi.

Tak hanya bangunannya yang tua, masjid ini juga menyimpan sejarah dan kitab-kitab kuno yang seharusnya dijaga kelestariannya. Namun sayangnya, ketika IDN Times berkunjung, kondisi perpustakaan yang menyimpan kitab ini sangat usang. Beberapa kitab sudah sangat rusak, banyak kertas yang rapuh hingga sulit dikeluarkan dari raknya.

Rusdi, salah satu pengurus Masjid Jami Al-Anwar mengakui memang dalam pembangunan, pemerintah provinsi pernah memberikan bantuan perbaikan hingga Rp450 jutaan saat itu, serta memberikan beberapa buku dan Al-Qur'an baru.

Namun yang disesalkan Rusdi, hal itu hanya sampai pada pemberian bantuan pembangunan saja. Sedangkan untuk keberlanjutannya seperti perawatan dan lain-lain masih belum ada.

“Dulu ada sih perawatan dari kita dikasih lada dan cengkeh ke buku-buku disini, katanya biar awet. Makanya saya berharap pemerintah bisa terus memperhatikan, bukan hanya memberikan buku. Tapi lebih ke perawatan, karena masjid ini kan salah satu cagar budaya juga,” katanya, Minggu (10/4/2022).

1. Sejarah Masjid Jami Al-Anwar

Ada Al-Qur'an Usia Ratusan Tahun di Masjid Jami Al-Anwar LampungPilar-pilar Masjid Jami Al-Anwar. (IDN Times/Rohmah Mustaurida).

Rusdi menceritakan, bangunan masjid paling awal adalah dibangun 1839. Saat itu bangunan masjid hanya berupa rumah beratap daun rumbia. Hingga pada 1883-1888 masjid ini terkena dampak dari peristiwa meletusnya Gunung Kakatau dan hanya meninggalkan enam pilar masih berdiri kokoh.

Pada 1888-1922, mulai ada usaha konsolidasi untuk membangun kembali bangunan masjid hingga seperti yang ada sekarang ini. Adalah Daeng Sawiji, tokoh Islam asal Bone Sulawesi Selatan yang membangun Masjid Al-Anwar kembali pasca diterpa bencana Gunung Krakatau. Ia datang ke Lampung karena perdagangan.

“Dulu kurang lebih 100 meter dari sini pelabuhan besar kan, langsung laut. Beliau singgah di sini, dan melihat kok ada seperti bekas bangunan masjid. Dibangunlah dari enam pilar yang tersisa itu menjadi masjid. Beliau juga yang mewakafkan kurang lebih 5.000 meter persegi tanah yang saat ini menjadi Masjid Al-Anwar,” katanya.

Rusdi menambahkan, enam pilar ini juga menjadi daya tarik tersendiri untuk masjid tertua Lampung tersebut. Itu karena selain belum pernah diganti sejak 1839, enam tiang tersebut ternyata berbahan kayu, yang saat ini dibungkus dengan semen.

“Pada 1922-1962, banyak peranan Masjid Al-Anwar pada masa pejuangan nasional. Bukan hanya sebagai tempat ibadah dan pengajian, tapi juga sebagai tempat persembunyai untuk pejuang kemerdekaan Indonesia,” kata Rusdi.

Baca Juga: Masjid Jami Al-Anwar, Saksi Bisu Meletusnya Gunung Krakatau 

2. Al-Quran usia lebih seabad tak satupun tahu asalnya dari mana

Ada Al-Qur'an Usia Ratusan Tahun di Masjid Jami Al-Anwar LampungAl-Quran berumur lebih dari satu abad. (IDN Times/Rohmah Mustaurida).

Rusdi kemudian menceritakan tentang Al-Quran tua usianya sudah lebih dari satu abad berada di masjid tersebut.

“Entah siapa yang memberikan dan dari mana Al-Qur'an ini juga kita tidak ada yang tahu. Pokoknya Al-Qur'an ini sudah ada di sini saat masjid ini mau dibangun dulu,” katanya.

Selain Al-Qur'an tua, ada banyak kitab kuno bertuliskan aksara Jawa, arab gundul, dan bahasa Belanda. Sayangnya kebanyakan kitab-kitab kuno tersebut sudah rapuh dan mulai hancur termakan usia.

Buku-buku tebal berbahasa Belanda tersedia dalam beberapa jilid dan membahas banyak hal seperti antropologi, biologi, demografi, dan ilmu pengetahuan lainnya.

“Kalau kitab yang tulisannya arab gundul itu dari Mesir. Buku itu dibawa oleh salah satu kiyai yang lama belajar di Mesir sebelum Indonesia merdeka, namanya Kiyai Nawawi,” Jelasnya.

3. Meriam sebagai penanda berbuka puasa

Ada Al-Qur'an Usia Ratusan Tahun di Masjid Jami Al-Anwar LampungKondisi perpustakaan di Masjid Jami Al-Anwar. (IDN Times/Rohmah Mustaurida).

Selain buku, orang Belanda yang dulu di Lampung juga pernah memberikan dua meriam ke masjid ini pada 1811. Dahulu fungsi meriam tersebut adalah sebagai pertanda waktu buka puasa. Namun saat ini tidak difungsikan lagi.

“Dulu kan rumah jarang, jauh-jauh. Pada saat bulan puasa seperti ini, meriam itu digunakan. Gunanya untuk memberi tahu orang-orang bahwa waktu berbuka puasa telah tiba,” jelasnya.

4. Sudah dua tahun tak dikunjungi wisatawan luar daerah

Ada Al-Qur'an Usia Ratusan Tahun di Masjid Jami Al-Anwar LampungBagian dalam Masjid Jami Al-Anwar. (IDN Times/Rohmah Mustaurida).

Ternyata nama Masjid Jami Al-Anwar cukup populer dikalangan wisatawan religi luar Lampung. Ini terbukti dari banyaknya wisatawan yang datang berkunjung, khususnya dari Pulau Jawa.

Kebanyakan dari wisatawan tersebut datang pada saat Maulid Nabi Muhammad SAW, sekaligus berziarah ke makam tokoh Islam Lampung, Tu Bagus Cahya.

“Biasanya mereka kesini untuk melihat masjid, salat, dan istirahat. Dua sampai tiga bus pasti ada saja yang ke sini, dari Cianjur, Tangerang, Bandung, Solo, atau Jogja. Tapi udah dua tahun ini lah, semenjak COVID-19 sampai sekarang, belum ada kunjungan dari luar daerah lagi,” kata Rusdi.

Baca Juga: 10 Masjid Unik dan Bersejarah di Lampung, Destinasi Wisata Religi

Topik:

  • Rohmah Mustaurida
  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya