Cerita Wayan Yana Dosen UBL Mengajar di Washington State University 

Mengajar di negara maju seperti Amerika mimpi sejak kecil

Bandar Lampung, IDN Times - Kuliah di luar negeri dan menimba banyak pengalaman mungkin menjadi keinginan banyak orang. Apalagi saat berada di negeri orang berkesempatan untuk mengajar.

Hal itu menjadi pengalaman berharga Wayan Yana. Mimpi dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Bandar Lampung (UBL) itu akhirnya bisa terpenuhi Saat ini ia sedang menempuh pendidikan S3 di Washington State University (WSU) Amerika Serikat.

Ia juga mengajar di Graduate Bridge Program di kampus. Berikut IDN Times rangkum cerita inspiratif Wayan.

Mengajar di negara maju mimpi sejak kecil

Menjadi pengajar di negara maju seperti Amerika Serikat adalah hal yang diimpikan sejak kecil oleh Wayan Yana. “Sejak kecil saya bermimpi untuk bisa menjadi pengajar di negara maju seperti Amerika Serikat, dan akhirnya sekarang terwujud," jelasnya dilansir dari ubl.ac.id, Selasa (22/2/2022).

"Ketika saya sudah menyelesaikan perkuliahan tahun kedua S3 saya, salah satu profesor merekomendasikan saya untuk mengajar di Graduate Bridge Program di kampus saya, WSU,” imbuhnya.

Graduate Bridge Program adalah sebuah kerjasama antara sekolah Pascasarjana dan IALC (Intensive American Language Center) di kampus WSU. Mahasiswa yang berada di program ini adalah mahasiswa international sedang menempuh program S2 dan S3. Pada saat bersamaan mereka juga mengambil mata kuliah bahasa yang menjurus pada penulian karya ilmiah dan etika penelitian serta budaya pendidikan di Amerika Serikat.

Baca Juga: Buruan Daftar! UBL Buka PMB, Siap Beri Beasiswa 100 Persen

Tergabung lingkaran budaya kerja Amerika

Cerita Wayan Yana Dosen UBL Mengajar di Washington State University Wayan Yana dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Bandar Lampung (UBL) menempuh pendidikan S3 di Washington State University (WSU) Amerika Serikat. (Dok. UBL).

Banyak pengalaman didapatkan Wayan yang menjalankan 2 profesi sekaligus, sebagai staf pengajar dan juga mahasiswa S3. Salah satu yang paling berkesan adalah tergabung dalam lingkaran budaya kerja Amerika.

"Saya bisa menjalin teamwork dengan kolega saya di sini. Untungnya kolega saya sangat pengertian dan selalu siap membantu ketika saya menemui kendala dalam hal teknologi atau administrasi," jelasnya.

Wayan juga juga belajar banyak hal dari mahasiswa ia ajar. Mereka berasal dari berbagai negara, misalnya tentang budaya di negara mereka masing masing.

"Posisi ini juga memberikan saya banyak kesempatan untuk mengikuti pengembangan diri secara profesional seperti workshop dan konferensi di tingkat regional dan nasional,” terang Wayan.

Ada tantangan jalani 2 kegiatan

Selain manfaat dan pengalaman yang didapatkan, Wayan juga harus menghadapi tantangan sendiri menjalani 2 kegiatan ini secara bersamaan. Misalnya, harus menyusun tinjauan pustaka untuk proposal disertasi.

"Saya juga disibukkan dengan membuat soal ujian dan mengoreksi hasil ujian mahasiswa. Di sini saya harus benar-benar bisa mengatur waktu dengan sebaik-baiknya agar semuanya berjalan dengan lancar,” tambahnya.

Awalnya sempat khawatir mampu atau tidak raih IPK 3

Terkait Beasiswa Fulbright direngkuh Wayan, merupakan beasiswa bergengsi dan sangat kompetitif. Beasiswa itu menghantarkan Wayan ke Amerika untuk menempuh Pendidikan S3 di jurusan Literasi Bahasa dan Teknologi di WSU.

Terletak di Pullman, Washington dan didirikan pada tahun 1890, WSU merupakan kampus tertua dan terbesar ke dua di negara bagian Washington, Amerika. Menurutnya, perkuliahan S3 di Amerika cukup berbeda dengan Eropa.

Contohnya, mahasiswa harus menempuh perkuliahan selama dua tahun penuh, baru kemudian bisa memulai penelitian disertasi. Awal perkuliahan, Wayan tak menampik  cukup khawatir, apakah bisa mendapatkan IPK 3.

Itu karena, beasiswa Fulbright mensyaratkan untuk memperoleh IPK minimal di atas 3.00. Wayan bersyukur, usaha dan doa yang maksimal, berhasil memperoleh IPK 3.92 sampai sekarang.

"Walaupun sebenarnya profesor saya jarang mengedepankan IPK, yang mereka tekankan adalah “mastery” atau penguasaan. Capaian tersebut juga berkat istri dan anak saya yang selalu mendukung saya setiap hari untuk selalu semangat,” kata alumnus S2 dari Coventry University, Inggris ini.

Baca Juga: Disetujui BAN-PT, UBL Segera Buka Program S3 Manajemen

Topik:

  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya