Cerita Refly Setiawan Dosen UBL Raih 3 Beasiswa S3 di Luar Negeri

Jelang lulus S2 iseng-iseng daftar, malah ketiban rezeki

Bandar Lampung, IDN Times - Mendapatkan kesempatan belajar di luar negeri melalui beasiswa tentu diidam-idamkan banyak orang. Refly Setiawan, dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Bandar Lampung (FISIP UBL) termasuk yang beruntung.

Menariknya lagi, dosen alumnus S1 dan S2 UBL berhasil menyabet 3 beasiswa internasional sekaligus!. Bagaimana ceritanya mendapat 3 beasiswa sekaligus? Berikut IDN Times rangkum ceritanya.

Mulanya iseng daftar beasiswa S3

Refly mengatakan, mendapatkan beasiswa dari Pemerintah Federasi Rusia untuk jenjang S2 jurusan Ilmu Politik di Kazan Federal University Rusia 2018 lalu. Beasiswa itu berupa program perkuliahan full menggunakan bahasa Rusia dan ia berhasil lulus Juni 2021 dengan IPK 4.75 atau setara dengan 3.75 di Indonesia.

Uniknya, sebelum lulus S2, Refly sudah mendapatkan posisi waiting list (daftar tunggu) untuk jenjang S3 di Rusia. Itu lantaran, sebelum lulus dari Rusia pada semester akhir ia iseng-iseng mendaftar beasiswa S3 Türkiye Bursları (YTB) Turki dan beasiswa Chinese Government Scholarship (CGS) dari pemerintah China.

Kala itu imbuh Refly, iseng mendaftar program S3. Fokus utamanya saat itu ingin melanjutkan S3 di Rusia.

"Akan tetapi saya justru mendapatkan beasiswa Turki dan China ketika saya sudah selesai studi dari Rusia. Di Rusia sendiri saya mendapatkan waiting list S3 dan saya pikir tidak ada salahnya mencoba untuk studi di Turki atau di China untuk mendapatkan pengalaman baru,” terangnya dilansir dari ubl.ac.id, Sabtu (26/2/2022).

Kenikmatan hakiki di Turki

Cerita Refly Setiawan Dosen UBL Raih 3 Beasiswa S3 di Luar NegeriRefly Setiawan, dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Bandar Lampung (FISIP UBL) menempuh studi S3 di Turki. (Dok. UBL).

Setelah berhasil merengkuh beasiswa di Harbin Institute of Technology Tiongkok dan beasiswa Turki di Sakarya Üniversitesi, Refly memutuskan untuk melanjutkan S3 di Turki selama 5 tahun (1 tahun kelas bahasa Turki dan 4 tahun studi doktoral).

“Saat ini saya sedang studi di Sakarya Üniversitesi dan masih mengikuti kelas bahasa Turki (Tömer) selama 1 tahun. Setelah kelas bahasa Turki saya nantinya kuliah di Jurusan Ilmu Politik dan Administrasi Publik,” tambah Refly.

Beasiswa Refly pilih untuk studi saat ini adalah Türkiye Bursları Scholarship (YTB). Melalui beasiswa ini ia mendapat banyak sekali manfaat selain bisa berkuliah gratis (fully funded) ia juga mendapatkan asrama gratis, biaya kehidupan selama di Turki, visa, program seminar juga didanai hingga pelatihan bahasa Turki secara gratis selama 1 tahun.

Baca Juga: Cerita Helta Anggia Dosen UBL Kuliah S3 Sambil Bekerja di Hongaria

Pengalaman kuliah di Rusia dan Turki

Terkait pengalaman kuliah di luar negeri, Refly mengatakan ada perbedaan besar yang dirasakan ketika pindah ke Turki yakni budaya yang berbeda. Saat menetap di Rusia, menurutnya masyarakat di sana terbilang sangat dingin dan sulit tersenyum karena memang dari budayanya begitu.

"Tetapi sebenarnya di Rusia orangnya sangat baik–baik bahkan saya sangat betah tinggal di Rusia. Ketika di Turki, ternyata orang Turki mudah tersenyum dan terkesan lebih ramah,” ujarnya.

Dari segi pendidikan menurut Refly, Rusia menganut sistem Eropa Timur sedangkan di Turki menganut sistem Asia-Eropa. Alhasil, ia terkadang masih harus menyesuaikan perubahan sistem tersebut.

"Di Turki budayanya lebih Islami dan banyak makanan halal sehingga memudahkan saya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan,” terang Refly.

Sempat jadi tour guide di Rusia

Cerita Refly Setiawan Dosen UBL Raih 3 Beasiswa S3 di Luar Negeriilustrasi tour guide (unsplash.com/Bernie Almanzar)

Refly juga menceritakan, selama berdomisili di Rusia, sempat kuliah sambil bekerja sebagai tour guide dan aktif menjadi relawan. Namun ketika pandemik COVID-19 ia berhenti menjadi tour guide dan fokus ke kuliah.

“Saya juga sesekali bekerja di pabrik, bahkan pernah ikut proyek pembangunan apartemen bersama teman-teman Indonesia di Rusia. Akan tetapi saat ini di Turki saya hanya fokus kuliah saja karena kebijakan beasiswa YTB untuk para penerima beasiswa tidak boleh bekerja kecuali mendapatkan izin dari universitas dan di ketahui oleh pihak pemberi beasiswa,” tutupnya.

Meskipun saat ini Refly berkuliah di Turki, terkadang masih dimintai bantuan oleh pihak jurnal di Rusia untuk menjadi reviewer jurnal. Ia juga  masih menjalin hubungan kerjasama yang baik dengan beberapa editor jurnal di Rusia.

Tips mendapatkan beasiswa ala Refly

Terkait tips mendapatkan beasiswa dari luar negeri Menurut Refly cukup mudah. Asalkan mahasiswa niat untuk mendaftar.

Ia mencontohkan,  salah satu syarat beasiswa S3 di Turki minimal IPK S2 harus 75 persen standar kelulusan. Selain itu, wajib memiliki publikasi standar nasional dan internasional (web of Science atau Scopus) serta syarat penunjang ketika kita mau kuliah di luar negeri serta surat rekomendasi.

Uniknya beasiswa Turki tidak mewajibkan untuk menyertakan Letter of Acceptance (LoA) dari supervisor dan tidak mewajibkan TOEFLscore.Bamun apabila ada, maka akan menambah poin penilaian.

Sedangkan untuk di China wajib memiliki LoA dari profesor yang akan membimbing dan juga wajib memiliki score TOEFL minimal 550 atau IBT 85. Bisa juga menggunakan IELTS dengan standar nilai 6.5

Baca Juga: Cerita Helta Anggia Dosen UBL Kuliah S3 Sambil Bekerja di Hongaria

Topik:

  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya