Keren! Ini Dia, 5 Falsafah Hidup Masyarakat Lampung yang Masih Utuh

Bisa kita terapkan sehari-hari #LokalIDN

Sebagaimana adat-istiadat di setiap daerah di indonesia yang punya falsafah hidup, orang Lampung juga memilikinya lho. Falsafah hidup tersebut menjadi salah satu pegangan orang Lampung dalam menjalani kehidupan.

Falsafah hidup orang Lampung ini termaktub dalam kitab Kuntara Raja Niti, yaitu kitab adat istiadat orang Lampung yang sampai sekarang masih bisa ditemukan dan dibaca, baik dalam aksara asli maupun yang sudah ditulis dalam aksara latin. Dan menariknya falsafah-falsafah tersebut dilambangkan dengan " lima kembang penghias siger" pada lambang Provinsi Lampung.

Berikut lima falsafah hidup masyarakat lampung yang patut dicontoh.

1. Pi'il pesenggiri

Keren! Ini Dia, 5 Falsafah Hidup Masyarakat Lampung yang Masih Utuhpexels/snapwire

Pi'il pesengiri adalah warisan budaya masyarakat lampung, yang merupakan falsafah hidup ulun lampung. Istilah pi'il pesenggiri kemungkinan berasal dari "pi'il" dalam bahasa arab yang berarti perbuatan atau perangai dan kata "pesenggiri" yaitu pahlawan perlawanan rakyat bali utara terhadap serangan pasukan majapahit.

Dengan demikian pi'il pesenggiri berarti perangai yang tidak keras, tidak mau mundur terhadap tindakan kekerasan yang lebih-lebih menyangkut nama baik keturunan atau kehormaan pribadi dan kerabat.

Filsafat hidup pi'il pesenggiri secara esensial identik dengan perbuatan manusia yang luhur dalam makna dan nilainya. Selain itu, filsafat pi'il pesenggiri juga dimaknai sebagai sesuatu yang menyangkut harkat dan martabat kemanusiaan, harga diri, dan sikap hidup, baik secara individual maupun sosial.

Lebih lanjut prinsip-prinsip dasar yang disebut pi'il pesenggiri adalah prinsip-prinsip yang ingin hidup sejajar dalam berdampingan dengan siapa pun. Kesejajaran tersebut dalam arti orang Lampung tidak ingin hidup diatas jika yang lainya ada dibawah dan sebaliknya tidak senang hidup di bawah jika yang lainya ada diatas.

Oleh karena itu, secara filosofis filsafat hidup pi'il pesenggiri adalah identitas atau jati diri masyarakat Lampung dan harus menjiwai segala aspek, kreativitas dan aktivitas kehidupan manusia atau masyarakat Lampung.

2. Nemui nyimah

Keren! Ini Dia, 5 Falsafah Hidup Masyarakat Lampung yang Masih Utuhpixabay/ju_sajjad0

Secara bahasa, dalam bahasa Lampung, nemui berasal dari kata temui yang berarti tamu, sedangkan nemui sendiri diartikan sebagai menerima tamu, menerima kunjungan, menjalin silaturahmi, saling bertemu, dan menyambut dengan penuh suka cita. Kemudian nyimah berasal dari kata dasar simah, yaitu murah hati, sopan santun, tidak pelit, murah senyum dan ramah pada siapapun. Kata awalan nyi (miah) dalam nyimah maksudnya adalah perilaku.

Maka, nemui nyimah diartikan sebagai perilaku yang sopan santun, bermurah hati, serta ramah tamah terhadap semua pihak yang datang. Dalam konteks kehidupan bermasyarakat, nemui nyimah diterjemahkan sebagai suatu sikap yang memiliki nilai religius serta sosial terhadap suatu lingkungan. Oleh orang Lampung dijadikan sebagai titie gumantie atau tatacara ketentuan pokok yang selalu diikuti dan diwariskan secara turun-temurun.

Baca Juga: 12 Pepatah Bahasa Bali Tentang Kehidupan, Jangan Dilupakan Ya

3. Sakai sembayan

Keren! Ini Dia, 5 Falsafah Hidup Masyarakat Lampung yang Masih Utuhpixabay/mohammed hassan
dm-player

Sakai sembayan bermakna memberikan sesuatu kepada seseorang atau sekelompok orang dalam bentuk benda dan jasa yang bernilai ekonomis yang dalam praktiknya cenderung menghendaki saling berbalas. Sedangkan sambaian bermakna memberikan sesuatu kepada seseorang sekelompok orang atau untuk kepentingan umum secara sosial berbentuk benda dan jasa tanpa mengharapkan balasan.

Sedangkan dalam bahasa Lampung, Sakai sembayan diartikan sebagai gotong-royong, tolong-menolong, bahu-membahu, dan saling memberi terhadap sesuatu yang diperlukan oleh orang lain.

Konsep saling memberi dan diberi, berdasarkan dari apa yang telah dilakukan atau diberikan sehingga tercipta saling mengisi dan saling mengerti antar sesama. Masyarakat lampung akan merasa kurang terpandang bila ia tidak mampu berpartisipasi dalam suatu kegiatan kemasyarakatan.

Perilaku ini menggambarkan sikap toleransi kebersamaan, sehingga seseorang akan memberikan apa saja secara suka rela apabila pemberian itu memiliki nilai manfaat bagi orang atau anggota masyarakat yang membutuhkan.

4. Nengah nyappur

Keren! Ini Dia, 5 Falsafah Hidup Masyarakat Lampung yang Masih Utuhhancinema.net

Nengah nyappur merupakan prinsip yang mengajarkan manusia untuk dapat berbaur dengan sesama. Manusia yang pandai bergaul dengan sesama berarti juga memiliki rasa toleransi yang tinggi. Nengah nyappur juga mengajarkan ulun Lampung untuk selalu bermusyawarah dalam menyelesaikan masalah.

Secara bahasa nengah berasal dari kata benda, kemudian berubah menjadi kata kerja yang berarti berada di tengah. Sedangkan nyappur berasal dari kata benda cappur menjadi kata kerja nyappur yang berarti baur atau berbaur. Secara harfiah dapat diartikan sebagai sikap suka bergaul, suka bersahabat dan toleran antar sesama.

Nengah nyappur menggambarkan bahwa anggota masyarakat Lampung mengutamakan rasa kekeluargaan dan didukung dengan sikap suka bergaul dan bersahabat, menumbuhkan semangat suka bekerja sama dan tenggang rasa yang tinggi antar seamanya.

Sikap toleransi akan menumbuhkan sikap ingin tahu, mau mendengarkan nasehat orang lain, memacu semangat kreativitas dan tanggap terhadap perkembangan gejala-gejala sosial.

5. Bejuluk beadek

Keren! Ini Dia, 5 Falsafah Hidup Masyarakat Lampung yang Masih Utuhpixabay.com/ihsanadity

Bejuluk beadek berasal dari kata juluk yang berarti nama baru ketika seseorang mampu menancapkan cita-citanya. Sedangkan adek adalah gelar atau nama baru yang diberikan ketika cita-cita itu telah tercapai.

Juluk beadek menjadi hak seluruh masyarakat Lampung, maka dari itulah juluk beadek ini menjadi identitas utama yang melekat pada pribadi setiap masyarakat Lampung. Juluk beadek biasanya mengikuti tatanan yang telah ada berdasarkan hierarki status masing-masing struktur kepemimpinan adat.

Karena, juluk beadek ini merupakan sesuatu yang otomatis didapatkan oleh seseorang apabila orang tersebut telah mencapai hasil kerja yang maksimal, atau menempuh langkah kehidupan yang baru.

Keren ya! boleh dicontoh tuh, falsafah hidup masyarakat Lampung yang masih diwariskan hingga sekarang. Kalau di daerahmu, apa nih falsafah hidupnya?

Baca Juga: 5 Peribahasa Banjar Mempunyai Filosofi Mendalam tentang Kehidupan

Ina Qoriah Photo Writer Ina Qoriah

women on progress

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Arifina Budi A.

Berita Terkini Lainnya