Cerita Dalang Muda Lampung Semangat Lestarikan Wayang Meski Diremehkan
Giat regenerasi pada anak-anak di lingkungan sekitar
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Bandar Lampung, IDN Times - Masih terkenang jelas dalam ingatan Danang Aji Pamungkas memori 20 tahun silam saat ikut sang ayah melakonkan pertunjukan wayang di kampung halamannya, Rawajitu Selatan, Kabupaten Tulang Bawang. Tak terbesit dalam pikirannya untuk menjadi seorang dalang seperti ia lakoni saat ini.
Saat itu, Danang hanya merasa senang ketika masyarakat ramai-ramai menyaksikan pertunjukan wayang didalangi oleh ayahnya sendiri. Namun, ketertarikan Danang dengan kesenian wayang semakin kuat seiring bertambahnya usia.
Laki-laki kelahiran 1997 itu merasa memiliki tanggung jawab menjadi penerus ayahnya sebagai seorang dalang. “Mungkin karena saya lahir dari keluarga seni ya, ibu saya sinden, bapak dalang. Jadi kesenian wayang itu sudah mendarah daging bagi saya," kata Danang kepada IDN Times, Sabtu (5/11/2022).
"Apalagi saya anak laki satu-satunya di keluarga, otomatis jadi generasi penerus ayah menjadi dalang. Tapi ini semua bukan karena kemauan orang tua saja, memang kemauan saya sendiri,” imbuhnya.
Di era modernisasi hiburan saat ini, Danang tetap percaya diri bergelut di dunia pedalangan. Bahkan melakukan regenerasi pada anak-anak di lingkungan sekitarnya dengan cara mengajarkan musik wayang kulit secara gratis.
Namun, tantangan tetap dihadapi Danang karena minimnya pertunjukan wayang digelar masyarakat serta kerap diremehkan karena mengambil jurusan Dalang saat kuliah.
“Saya sering diketawain teman-teman karena memilih jurusan dalang. Menurut mereka, anak muda belajar dalang itu kuno dan gak jelas mau apa nantinya,” cerita Danang.
Berikut IDN Times rangkum cerita Danang Aji Pamungkas, tetap percaya diri menjadi dalang muda meski kerap ditertawakan teman tongkrongan.
1. Jadi dalang muda di daerahnya
Setelah menyelesaikan kuliah di Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta jurusan Pedalangan, 2020 lalu Danang kembali ke Kampung halamannya dan melanjutkan profesi ayahnya sebagai dalang wayang kulit di daerahnya. Menurut Danang, ia menjadi satu-satunya dalang muda di daerahnya karena belum pernah menemui dalang seusianya.
“Saya belum pernah dengar ada anak muda di lingkungan saya terjun jadi dalang. Mungkin yang belajar musik Jawa banyak. Tapi kalau jadi dalang kebanyakan usianya sudah cukup tua,” ujarnya.
Hal itu lantas membuatnya tergerak mengenalkan kesenian wayang pada anak-anak di lingkungan sekitarnya masih duduk di bangku sekolah dasar dan menengah pertama mengenal kesenian wayang.
“Jadi saya punya keponakan yang sering ngaji di TPA. Saya suruh ponakan saya itu ngajakin teman-temannya belajar musik gamelan (alat musik pengiring wayang). Dari situ mereka mulai tertarik dan ketagihan belajar musik gamelan di rumah saya,” terangnya.
Hingga kini, menurut Danang sudah ada sekitar 25 anak aktif belajar kesenian wayang dengan dirinya. Danang juga bersyukur karena orang tua anak-anak tersebut sangat mendukung kegiatannya.
Baca Juga: 'Amunisi' Sektor Pariwisata Lampung Hadapai Ancaman Resesi Global 2023
Baca Juga: Minim Infrastruktur, Kendaraan Listrik di Lampung Bisa Dihitung Jari