TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Bahaya Bersikap Fanatik pada Satu Kota, Susah Adaptasi saat Pindah

Di setiap tempat pasti ada daya tariknya

ilustrasi memandangi kota (pexels.com/Fernanda Latronico)

Intinya Sih...

  • Menyukai kota tertentu adalah wajar, tapi hindari fanatisme karena bisa menghambat pengalaman baru dan adaptasi di tempat baru.
  • Fanatisme pada kota lama membuat sulit menikmati lingkungan baru, berdampak negatif pada pandangan terhadap kota lain, dan sulit melihat kelebihan serta kekurangannya.
  • Fanatisme pada satu kota dapat disebabkan oleh bias pribadi, seperti pengalaman manis di kota tersebut atau kurangnya kemampuan untuk melihat secara objektif.

Apakah ada satu kota menurutmu paling mengesankan? Kamu sangat bangga pada kota tersebut. Dirimu juga selalu menyebutnya sebagai tempat yang paling menyenangkan untuk ditinggali.

Jika sekarang kamu terpaksa tinggal di kota yang berbeda, setiap ada hari libur pasti kota itu menjadi salah satu tujuan wisatamu. Lebih menyukai kota tertentu dibandingkan kota lainnya sebenarnya wajar.

Ketika ada dua hal atau lebih disandingkan tentu pilihanmu akan jatuh ke salah satunya. Namun, hindari bersikap fanatik pada sebuah kota bahkan seandainya itu tanah kelahiranmu. Ingat bahwa kehidupan ini dinamis.

Salah satu dinamika dalam hidupmu ialah perpindahan tempat dan adanya pengalaman baru setiap waktu. Sikap fanatik pada kota tertentu menghambat dinamika tersebut. Hidup serta cara berpikirmu menjadi terancam sukar berkembang. Cintai suatu kota secukupnya saja agar kamu terhindar dari lima bahaya berikut.

1. Sulit beradaptasi di kota yang berbeda

Walaupun kamu suka sekali pada satu kota; tuntutan pekerjaan, pendidikan, atau keperluan mengikuti pasangan kadang membuatmu harus pindah. Setiap kepindahan ke lingkungan yang baru memerlukan masa adaptasi. Tapi proses ini menjadi jauh lebih sulit apabila dirimu bersikap fanatik pada kota sebelumnya.

Ketika kamu hendak pindah saja, perasaan telah gak karuan. Bahkan sekalipun itu demi cita-citamu atau kepergianmu ditemani orang terkasih. Setelah dirimu tiba di sana pasti rasanya ingin kembali saja ke kota yang lebih disukai. Setiap hari di kota baru kamu seakan-akan menemukan lebih banyak alasan untuk membencinya.

Sebaliknya, bayang-bayang kota lama kian membesar. Bukan kota baru yang benar-benar membuatmu tidak kerasan. Namun, pikiran dan perasaanmu sendiri yang masih terlalu terikat pada kota lama.

Saat orang lain yang tak fanatik pada satu kota perlahan-lahan bisa menyukai lingkungan barunya, dirimu justru kehilangan motivasi dalam menjalani hari. Semua hal di kota baru baik makanan, budaya, maupun orang-orangnya seperti gak cocok sama kamu.

2. Meremehkan kehidupan masyarakat di kota lain

Seiring dengan pandanganmu yang begitu positif terhadap segala sesuatu di sebuah kota, pendapat sebaliknya akan tertuju ke kota-kota lainnya. Meski dirimu juga belum pernah tinggal di kota-kota itu, ada keyakinan kuat bahwa kehidupan di sana tidak menyenangkan. Kota yang sama atau lebih kecil dari kota kesayanganmu dianggap tidak menarik.

Sementara kota yang lebih besar pun gak lantas membuatmu kagum. Bukannya kagum, dirimu malah selalu menemukan alasan buat mencelanya. Seperti kamu begitu yakin bahwa kehidupan di sana pasti dipenuhi dengan hedonisme, orang-orangnya berkelakuan buruk, dan sebagainya.

Sikap sinis ini amat berbahaya apabila sampai diketahui oleh teman atau tetanggamu yang berasal dari kota tersebut. Kalian dapat berselisih bukan oleh adanya masalah nyata di antara kamu dan dia. Namun, semata-mata akibat dirimu dikuasai fanatisme terhadap satu kota. Padahal jika dipikir-pikir, setiap orang cenderung menikmati ritme kehidupan di kotanya masing-masing sebab sudah terbiasa.

Baca Juga: 5 Hal Menandakan Harus Keluar dari Zona Nyaman

3. Menutup mata pada sisi minus dari kota disukai

Kota memiliki kemiripan dengan manusia, yaitu ada sisi plus dan minusnya. Bahkan kota semaju apa pun tidak sepenuhnya bebas masalah. Sebagai contoh, kota besar sering memiliki tingkat kriminalitas lebih tinggi atau jarak yang lebih lebar dalam status ekonomi masyarakatnya.

Di kota lain yang lebih kecil dan tenang, roda ekonominya berjalan lebih lambat. Ada pula kota yang kebersihannya kurang sehingga pemandangannya tampak kumuh. Jika kamu tidak bersikap fanatik pada satu kota, mudah untukmu melihat secara imbang kelebihan dan kekurangannya.

Begitu fanatisme menguasaimu, kota yang disukai dinilai tak punya satu pun cela. Padahal, kesadaran akan kekurangannya juga penting agar kamu dapat lebih berperan dalam membuatnya menjadi lebih baik lagi.

Misalnya, dengan dirimu sebagai warga menyampaikan kritik serta saranmu pada pemerintah kota. Atau, kamu langsung bergerak bersama komunitas buat menciptakan perubahan. 

4. Dasar rasa sukamu diwarnai bias

Rasa suka yang berlebih terhadap apa pun biasanya disebabkan oleh adanya bias. Sikap fanatikmu pada satu kota dapat dilatarbelakangi oleh fakta bahwa itulah tanah kelahiranmu.

Bisa juga semata-mata lantaran dirimu belum pernah tinggal di kota lain dalam waktu yang cukup lama. Atau, sesederhana kamu punya pengalaman manis di kota itu.

Sekalipun pengalaman manisnya hanya sedikit, jika berkesan sekali akan membuatmu gak objektif lagi dalam memandang kotanya. Contoh, di kota itu dirimu bertemu dan jatuh cinta dengan seseorang.

Maka segala hal tentang kota tersebut bisa bernuansa asmara dalam memorimu. Apalagi bila hubungan cinta kalian langgeng.

Kamu akan berpikir segala tentang kota itu ialah keromantisan. Padahal, sangat banyak orang yang patah hati di kota yang sama. Bahkan bias dapat muncul akibat tayangan film yang menggambarkan suatu kota sebagai tempat yang amat menyenangkan. Bias-bias seperti di atas mesti disadari agar kamu dapat menilai suatu kota dengan lebih objektif.

Verified Writer

Marliana Kuswanti

Penulis fiksi maupun nonfiksi. Lebih suka menjadi pengamat dan pendengar. Semoga apa-apa yang ditulis bisa memberi manfaat untuk pembaca. Mohon maaf jika ada yang kurang berkenan.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Berita Terkini Lainnya