TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Tanam Pohon Mata Kuliah Wajib, Rektor ITERA: Pohon Mati Tak Lulus

Menanam 1.000 bibit Tabebuya di Kampus ITERA

Mahasiswa baru menanam Tabebuya di Lingkungan Kampus ITERA. (IDN Times/Istimewa)

Bandar Lampung, IDN Times - Menanam pohon akan jadi mata kuliah wajib mahasiswa Tahap Persiapan Bersama (TPB) Institut Teknologi Sumatera (ITERA). Sehingga jika pohon asuhannya mati, mahasiswa tidak akan lulus mata kuliah tersebut dan harus mengulang.

Hal itu disampaikan Rektor ITERA, Prof I Nyoman Pugeg Aryantha pada acara menanam bibit pohon dalam rangkaian kegiatan Program Pengenalan Lingkungan Kampus (PPLK) Mahasiswa Baru ITERA 2022.

“Jika mahasiswa tidak berhasil merawat dan mempertahankan survival pohon yang ditanam, maka nilai mata kuliah berstatus T dan mereka harus menanam kembali pohon dan merawat kembali dalam masa tertentu untuk dapat mengubah nilai T nya menjadi A, AB, atau B dan seterusnya,” kata Nyoman, Selasa (16/8/2022).

Baca Juga: Cerita M Agung, Maba ITERA 2022 Termuda, Usia 15 Tahun Sudah Kuliah!

1. Pohon ditanam adalah jenis Tabebuya

Pohon Tabebuya

Di hari kedua PPLK ITERA ini, sebanyak 4.860 mahasiswa baru melakukan gerakan menanam pohon di lingkungan kampus. Sekitar 1.000 bibit pohon diberikan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melalui Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Hutan Lindung Way Seputih Way Sekampung (BPDASHL WSS) untuk ditanam di lingkungan kampus ITERA.

Gerakan menanam pohon ini juga masih berhubungan dengan kurikulum pendidikan mahasiswa TPB ITERA yaitu mata kuliah khas ITERA, Lingkungan Hidup Sumatera.

Bibit pohon yang ditanam adalah pohon berbunga jenis Tabebuya. Ketika bersemi pohon ini akan berbunga mirip Pohon Sakura sehingga pohon akan berwarna merah muda pada musim mekar yaitu di musim kemarau atau Juli-Agustus atau September-Oktober. 

2. Ingin jadi forest kampus sekaligus menanggulangi perubahan iklim global

Menanam seribu pohon di ITERA. (IDN Times/Istimewa)

Rektor menyampaikan, program integrasi mata kuliah Lingkungan Hidup Sumatera dan kegiatan menanam pohon ini merupakan bagian dari upaya kampus untuk menjadikan ITERA sebagai forest campus.

“Selain itu kami juga ingin mahasiswa terlibat langsung dalam kegiatan penghijauan untuk menanggulangi global climate change,” ujarnya.

Hal ini juga merupakan bentuk pengenalan kampus terhadap materi dasar fisiologi tumbuhan yang menjadi bagian dari mata kuliah Lingkungan Hidup Sumatera. Sehingga keberhasilan mahasiswa merawat pohon selama satu semester berkontribusi penuh dalam penentuan indeks nilai akhir kelulusan mata kuliah tersebut.

3. Rektor ITERA: Isu perubahan iklim akan menjadi isu penting di masa depan

Rektor ITERA menanam bibit Tabebuya. (IDN Times/Istimewa).

Rektor ITERA juga menjelaskan menanam dan menumbuhkan pohon pada dasarnya merupakan upaya mengurangi karbondioksida di atmosfer. Karbondioksida dibutuhkan tumbuhan, namun jika berlebihan di bumi juga kurang baik untuk kehidupan manusia.

Nyoman menambahkan, tumbuhan berfotosintesis membutuhkan CO2 (karbondioksida) sebagai input untuk menghasilkan senyawa karbohidrat (makanan). Dari reaksi fotosintesis ini juga menghasilkan oksigen, dimana oksigen dapat membantu menopang kehidupan organisme autotrof termasuk manusia.

“Saya berharap adik-adik dapat menyesuaikan diri sejak dini, memasuki masa perkuliahan dengan isu perubahan iklim sebagai umbrella platform. Sehingga pada saat lulus nanti, kalian sudah siap mengisi peluang-peluang pembangunan yang berbasiskan konsep penanggulangan perubahan iklim global,” paparnya.

Baca Juga: Kisah Fardita, Anak Petani Maba ITERA 2022 Terjauh dari Raja Ampat

Berita Terkini Lainnya