TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Mengenal Tari Tupping, Tarian Khas Lampung Selatan

Memiliki makna khusus dan sejarah tari dari kisah pahlawan

Tari Tupping. (Indonesiakaya.com)

Intinya Sih...

  • Tari Tupping adalah tarian khas Lampung Selatan, dibawakan pada perayaan besar dengan makna dan sejarah yang berbeda dari Tari Sekura.
  • Terdapat aturan dan syarat khusus untuk menari Tari Tupping di beberapa wilayah, namun telah dikembangkan sebagai pertunjukan seni budaya.
  • Tupping berasal dari nama pasukan pengawal gerilya Radin Inten I, mengusir penjajah dengan perilaku lucu dan konyol.

Lampung Selatan, IDN Times - Selain Sekura, ternyata Lampung memiliki satu lagi tarian khas menggunakan topeng unik, namanya Tari Tupping. Tarian ini berasal dari Kalianda Kabupaten Lampung Selatan.

Tari Tupping biasanya dibawakan pada saat perayaan-perayaan besar. Tari ini juga memiliki makna, sejarah, hingga arti tiap topeng yang berbeda dengan Tari Sekura. Berikut informasi menarik tentang Tari Tupping Lampung Selatan. Yuk simak!

1. Perbedaan Tari Tupping dan Tari Sekura

Seperti kita tahu Festival Sekura merupakan agenda tahunan wajib dilakukan masyarakat di Kabupaten Lampung Barat. Festival ini selalu diadakan setelah Hari Raya Idul Fitri atau pada Bulan Syawal.

Tari Sekura merupakan tarian rakyat menggambarkan sukacita atas kemerdekaan mereka setelah satu bulan berhasil menahan hawa nafsu (Puasa Ramadhan) dan menggambarkan dua karakter manusia yang berbeda.

Sementara Tari Tupping merupakan tarian khas masyarakat Lampung Selatan dan diadakan disaat perayaan-perayaan besar misalnya pada pesta pernikahan atau festival hiburan masyarakat.

Berbeda dengan Sekura, Tari Tupping zaman dahulu hanya bisa ditarikan oleh kaum bangsawan keturunan Radin Inten saja. Tarian ini pun cukup sakral karena harus menghadirkan sesaji untuk menolak bala.

Namun seiring berkembangnya zaman, Tari Tupping kini tak memerlukan sesajen khusus dan sudah dikembangkan sebagai pertunjukan seni budaya khas Lampung Selatan yang bisa dibawakan oleh siapapun.

Baca Juga: Dear KPU, Akademisi Lampung Ingatkan Tak Main-main Susun PKPU Pilkada 

2. Syarat Tari Tupping

Meski semua orang kini bisa saja menari Tari Tupping, hal ini tidak berlaku di beberapa kawasan. Misalnya di daerah Kuripan. Di sana Tari Tupping masih cukup sakral, karena hanya dapat ditarikan oleh orang dari garis keturunan tertentu saja.

Atau di wilayah Canti, hanya boleh ditarikan oleh pemuda berusia 20 tahun. Sementara di beberapa tempat lainnya malah tidak mengkhususkan latar belakang atau syarat untuk Tari Tupping.

3. Sejarah Tupping

Berdasarkan asal muasal sejarahnya, Tupping sebenarnya merupakan nama-nama pasukan pengawal gerilya Radin Inten I (1751-1828), Radin Imba (1828-1834), dan Radin Inten II (1834-1856). Ada 12 pasukan tupping berjaga di 12 tempat berbeda dari Selat Sunda sampai Tanjung Cita Kota Agung.

Tupping bertugas untuk memata-matai musuh (penjajah) dengan cara bersembunyi di tengah masyarakat. Mereka berperilaku lucu dan konyol agar terlihat bias seperti masyarakat biasa. Namun ketika penjajah lengah, para Tupping akan menyerbu penjajah untuk mengusirnya dari tanah Lampung.

Maka tak heran jika tema Tari Tupping memang khas menceritakan drama kepahlawanan. Tarian ini dibawakan oleh 12 orang laki-laki yang mewakili 12 karakteristik Tupping.

Berita Terkini Lainnya