5 Rekomendasi Film Nasional Tentang Perjuangan Perempuan

Cocok ditonton saat perayaan HUT RI ke-79 nanti

Intinya Sih...

  • Perayaan HUT RI ke-79 bisa diisi dengan menonton film perjuangan perempuan melawan budaya patriarki
  • Film Kartini, Tjoet Nja' Dhien, Bumi Manusia, Nyai Ahmad Dahlan, dan Sokola Rimba mengangkat perjuangan perempuan Indonesia dalam memerdekakan hak-haknya
  • Film-film ini menceritakan tentang perjuangan melawan penjajah Belanda serta memperjuangkan kesetaraan dan hak pendidikan bagi kaum perempuan di Indonesia

Bandar Lampung, IDN Times - Sebentar lagi Indonesia akan menyambut HUT Kemerdekaan ke-79. Perayaan ini biasanya identik dengan tema-tema perjuangan mengenang pahlawan melawan penjajah. Selain itu kamu juga bisa mengisi momen perayaan 17 Agustus dengan menonton film-film perjuangan dilakukan para perempuan dalam melawan budaya patriarki di masa penjajahan yang sangat merugikan dan meminggirkan kaum perempuan.

Kemudian ada juga film perjuangan perempuan memerdekakan hak pendidikan di pedalaman Indonesia. Berikut IDN Times rangkum deretan film perjuangan perempuan Indonesia melawan berbagai persoalan meminggirkan hak perempuan. 

1. Film Kartini

5 Rekomendasi Film Nasional Tentang Perjuangan PerempuanInstagram/therealdisastr

Film Kartini garapan sutradara Hanung Bramantyo ini merupakan adaptasi dari film Kartini 1984. Film  dirilis April 2017 ini dibintangi oleh banyak artis top Indonesia seperti Dian Sastrowardoyo, Cristine Hakim Acha Septiasa, Ayushita, dan masih banyak lagi. Film Kartini menghabiskan dana produksi sebesar 12 Milliar sejak digarap 2015.

Meskipun Kartini merupakan sosok banyak dikenal oleh masyarakat Indonesia, namun Hanung Bramantyo memilih untuk mengangkat hal lain pada sosok Kartini dalam film ini. Selain menceritakan bagaimana perjuangan Kartini dalam usahanya menyetarakan hak-hak perempuan pada masa itu, Hanung Bramantyo selaku sutradara juga mengambil sudut pandang Kartini sebagai anak melihat Sang Ibu menjadi orang buangan bahkan di rumahnya sendiri.

Lalu, bagaimana cara Kartini sampai bisa mewujudkan mimpinya itu? Temukan jawabannya pada Film Kartini

2. Film Tjoet Nja Dhien

5 Rekomendasi Film Nasional Tentang Perjuangan PerempuanInstagram/jokoanwar

Selanjutnya siapa tak kenal dengan Tjoet Nja' Dhien? Pejuang perempuan asal Aceh yang gigih berjuang melawan para penjajah Belanda ini ternyata sudah difilmkan bahkan sejak tahun 1988. Film Tjoet Nia Dhien ini disutradarai oleh Erros Djarot dengan dibintangi oleh Christine Hakim, Piet Burnama, Slamet Rahardjo, dan Almarhum Rudy Wowor.

Film ini sukses mendapatkan banyak penghargaan seperti Piala Citra sebagai Film Terbaik dalam Festival Film Indonesia tahun 1988. Film berdurasi kurang dari 2 jam ini menceritakan tentang perjuangan Tjoet Nja Dhien dan kawan-kawannya dalam Perang Aceh melawan penjajahan Belanda yang mencoba menduduki Aceh pada saat itu.

Film juga ini banyak mengangkat kesetaraan perempuan yang pada saat itu dianggap lemah. Hadirnya film Tjoet Nia Dhien ini, merubah stigma bahwa wanita juga memiliki keberanian dan kekuatan yang sama seperti kaum pria pada umumnya.

Baca Juga: 10 Rekomendasi Film Menceritakan Kehidupan Setelah Akhir Dunia

3. Film Bumi Manusia

5 Rekomendasi Film Nasional Tentang Perjuangan PerempuanInstagram/kelly_tandiono

Film selanjutnya adalah Bumi Manusia karya sutradara Hanung Bramantyo. Film ini merupakan film adaptasi dari novel terkenal karya Pramoedya Ananta Toer berjudul Bumi Manusia. Film ini dirilis di bioskop pada 15 Agustus 2019.

Film Bumi Manusia dibintangi sederet artis top Indonesia seperti Iqbal Ramadhan, Jerome Kurnia, Mawar de Jongh, serta Sha Ine Febriyanti. Film ini menceritakan tentang perjuangan Minke dan Nyai Ontosoroh dalam memperjuangkan hak asuh anaknya bernama Annalies yang diambil paksa oleh keluarga Ayah kandungnya di Belanda demi harta warisan milik ayahnya.

Nyai Ontosoroh merupakan perempuan Jawa yang pemikiran-pemikirannya telah melampaui zaman pada saat itu. Nyai Ontosoroh membuat Minke penasaran dan akhirnya belajar banyak tentang kehidupan dan idealisme pada Nyai Ontosoroh. Film ini mengangkat sisi lain perempuan Jawa yang pada saat itu hanya bisa diperintah dan hanya bisa menuruti kemauan kaum pria.

Namun, berbeda dengan kebanyakan perempuan Jawa pada masa itu, Nyai Ontosoroh justru mampu memerintah banyak pekerja pria di pabriknya, mengurusi urusan pabriknya sendirian tanpa bantuan seorang pria hingga usaha dagangnya menjadi usaha dagang terbesar di wilayah tersebut. Banyak hal tabu pada masa itu, justru ditentang dan dilawan oleh Nyai Ontosoroh dengan pengetahuannya.  

4. Film Nyai Ahmad Dahlan

5 Rekomendasi Film Nasional Tentang Perjuangan PerempuanInstagram/umsurakarta

Selanjutnya ada Film tentang Siti Walidah merupakan istri dari pendiri organisasi Islam Muhammadiya sekaligus salah satu tokoh emansipasi wanita Indoensia. Film ini merupakan film biopik drama  dengan judul Nyai Ahmad Dahlan, disutradarai Olla Atta Adonara dan dirilis pada 24 Agustus 2017.

Film ini menceritakan tentang kehidupan seorang perempuan bernama Siti Walidah sejak kecil berjuang untuk merasakan pendidikan hingga dewasa. Banyak kisah inspiratif dari Siti Walidah yang gigih memperjuangkan keinginan dan hak-haknya seperti menolak kawin paksa.

Setelah dewasa ia pun akhirnya menikah dengan pria pilihannya, yakni KH Ahmad Dahlan. Siti Walidah pun akhirnya menjadi perempuan pertama yang pernah memimpin Kongres Muhammadiyah tahun 1926. Ia menunjukkan dominasi perempuan dan melihatkan pada banyak orang perempuan juga memiliki kemampuan yang sama seperti kaum pria pada umumnya.  

Kemudian setelah itu, ia juga mendirikan Organisasi Gerakan Perempuan Sopo Treno kemudian berganti nama jadi Aisyiyah.

5. Film Sokola Rimba

5 Rekomendasi Film Nasional Tentang Perjuangan PerempuanInstagram/fazleena

Lalu ada film Sokola Rimba diadaptasi dari buku Sokola Rimba karya Butet Manurung. Film disutradarai Riri Reza ini dibintangi oleh Prisia Nasution dan Nyungsang Bungo.

Rilis 21 November 2013, film ini sukses mendapatkan penghargaan Film Terbaik Piala Maya pada tahun 2013. Film ini menceritakan tentang Butet Manurung dalam film ini dibintangi oleh Prisia Nasution merupakan perempuan yang sedang bekerja di sebuah lembaga konservasi di wilayah Jambi, Butet Manurung (Prisia Nasution) telah menemukan hidup yang diinginkannya, mengajarkan baca tulis dan menghitung kepada anak-anak masyarakat suku anak dalam, yang dikenal sebagai Orang Rimba, yang tinggal di hulu sungai Makekal di hutan Bukit Duabelas.

Namun, ketika Butet Manurung ingin memperluas wilayah kerjanya dan mengajari lebih banyak suku anak dalam atau Orang Rimba ini, ia tak mendapatkan izin dari tempat kerjanya dan juga ditentang oleh Adat Suku Anak Dalam Kelompok Bungo yang masih percaya belajar baca tulis akan mendatangkan malapetaka. Di sinilah keteguhan dan usaha Butet Manurung diuji ia terus mengajari dan memperluas wilayah kerjanya untuk mengajari Orang Rimba baca tulis.

Sampai pada akhirnya malapetaka yang ditakuti oleh Kelompok Bungo betul-betul terjadi. Butet akhirnya harus terpisah dari masyarakat Rimba yang dicintainya.

Baca Juga: 8 Film dan Series Indonesia Bertema Harta Warisan, Penuh Konflik!

Topik:

  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya