TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Novel Tentang Demonstrasi, Relevan dengan Isu Saat Ini

Referensi memahami makna demonstrasi

Demonstrasi mahasiswa tolak revisi UU Pilkada di Purwokerto. (IDN Times/Cokie Sutrisno)

Intinya Sih...

  • Novel Laut Bercerita karya Leila Salikha Chudori mengangkat tema aktivis mahasiswa era reformasi 1998 di Indonesia
  • Animal Farm karya George Orwell adalah alegori politik tentang pemberontakan hewan terhadap pemilik manusia, mengkritik totaliterisme dan pengkhianatan idealisme revolusi
  • Novel Lelaki di Tengah Hujan oleh Wenri Wanhar menceritakan perjuangan aktivis mahasiswa melawan rezim Orde Baru dengan narasi mendalam dan perspektif emosional tentang kehilangan dan harapan

Bandar Lampung, IDN Times - Di tengah kecamuk politik dan aksi massa terjadi di beberapa daerah Indonesia saat ini, kembali mengingatkan akan peristiwa reformasi 1998. Perkembangan politik memang tidak akan pernah bisa lepas dari demonstrasi.

Namun, ada banyak hal menarik bisa diambil dari peristiwa tersebut. Salah satunya mengabadikannya dalam bentuk cerita.

Seperti deretan novel sastra karya penulis ternanama berikut ini bisa menjadi referensi memahami makna demonstrasi bagi perkembangan politik di Indonesia. Kali ini IDN Times merekomendasi Lima novel mengangkat tema demonstrasi dan menawarkan perspektif berbeda-beda mengenai protes dan pemberontakan, baik dalam konteks sejarah maupun dalam penggambaran fiksi  sarat akan simbolisme.

Berikut 5 novel tentang demonstrasi relevan dengan isu terjadi saat ini.

1. Laut Bercerita karya Leila S Chudori

Novel Laut Bercerita (Instagram/leilachudori)

Novel Laut Bercerita karya Leila Salikha Chudori adalah novel tentang kehidupan aktivis mahasiswa era reformasi 1998 di Indonesia. Novel ini pertama kali diterbitkan 26 Oktober 2017.

Novel 400 halaman dan diterbitkan oleh Kepustakaan Populer Gramedia tersebut mengangkat tema persahabatan, cinta, keluarga dan kehilangan. Novel ini berlatar tahun 90-an akhir dan 2000-an awal, membawa pembaca kembali ke masa penuh gejolak dalam sejarah Indonesia menuju reformasi di akhir kerutuhan Orde Baru.

Meski fiksi sejarah, Leila melakukan riset mendalam, termasuk wawancara dengan korban atau kerabat korban untuk memberikan kedalaman pada cerita.  Novel Laut Bercerita dibagi menjadi dua bagian menggambarkan dua perspektif berbeda namun saling terkait.

Bagian pertama mengikuti sudut pandang Laut, seorang mahasiswa aktivis dalam gerakan perlawanan terhadap rezim otoriter Orde Baru. Cerita ini mengisahkan perjuangan Laut bersama kawan-kawannya, mulai dari menyusun strategi perlawanan demonstrasi hingga menghadapi penangkapan oleh pasukan rahasia.

Mereka bergerak dalam bayang-bayang pelarian, dengan tekad kuat meski harus berhadapan dengan bahaya mengintai. Bagian kedua diceritakan oleh Asmara, adik Laut, menggambarkan kepedihan dan ketidakpastian keluarga korban penghilangan paksa pasca Orde Baru.

Melalui perspektif Asmara, pembaca diajak untuk merasakan rasa kehilangan mendalam dan usaha tanpa henti dari keluarga untuk mencari jawaban atas nasib orang-orang tercinta yang hilang tanpa jejak. Novel ini merupakan tribute mengharukan bagi para aktivis korban rezim Orde Baru, baik kembali maupun tak pernah kembali, serta keluarga mereka masih terus mencari jawaban hingga kini.

2. Animal Farm karya George Orwell

Novel Animal Farm (Instagram/om_buku)

Animal Farm merupakan novel karya George Orwell dan diterbitkan pertama kali di Inggris, tepat bersamaan dengan Hari Kemerdekaan Indonesia yaitu pada 17 Agustus 1945. Novel berusia 79 tahun ini memiliki keunikannya tersendiri dengan menjadikan tokoh-tokoh dalam novel ini adalah hewan.

Novel ini adalah sebuah alegori politik mengisahkan pemberontakan hewan-hewan di Peternakan Manor terhadap pemilik manusia mereka yang kejam, bernama Tuan Jones. Dipimpin oleh dua babi, Napoleon dan Snowball, hewan-hewan ini berhasil mengusir Tuan Jones dan mengambil alih peternakan, mengganti namanya menjadi "Animal Farm."

Mereka menciptakan tujuh perintah menekankan kesetaraan dan keadilan, dengan slogan "All animals are equal." Namun, seiring berjalannya waktu, Napoleon, justru lebih ambisius, mulai merebut kekuasaan dan menyingkirkan Snowball, menjadikan dirinya pemimpin tunggal.

Di bawah kepemimpinan Napoleon, mimpi kesetaraan mulai terkikis. Perlahan, peraturan diubah untuk menguntungkan babi-babi berkuasa, dan kekejaman sebelumnya dilakukan manusia kini dilakukan oleh para hewan sendiri. Pada akhirnya, hewan-hewan biasa menemukan diri mereka dalam kondisi lebih buruk daripada sebelum revolusi.

Orwell menggunakan kisah ini untuk mengkritik totalitarianisme dan menunjukkan bagaimana kekuasaan cenderung korup, dan idealisme revolusi sering kali berakhir dengan pengkhianatan terhadap prinsip-prinsip awal.

Baca Juga: 10 Film Komedi Romantis Indonesia Diadaptasi dari Novel

3. Lelaki di Tengah Hujan karya Wenri Wanhar

Novel Lelaki di Tengah Hujan (Instagram/lelakiditengahhujan)

Novel Lelaki di Tengah Hujan ditulis oleh Wenri Wanhar dan diterbitkan pertama kali oleh Penerbit Ultimus di Bandung pada 2019. Novel bertema sejarah dengan latar belakang tahun 1990-an akhir menjelang runtuhnya kekuasaan Rezim Orde Baru ini menggambarkan perjuangan para aktivis mahasiswa dalam memperjuangkan reformasi di bawah tekanan dan teror kepemimpinan Orde Baru. 

Novel ini merupakan kisah Bujang Parewa, seorang mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) berusaha melawan pemerintahan otoriter Orde Baru. Dalam narasi mendalam, Bujang menyadari meskipun mahasiswa memiliki potensi untuk melawan, kekuatan mereka terbatas jika tidak menggalang dukungan dari buruh dan rakyat luas.

Di tengah situasi menegangkan, ia mencoba menyatukan kekuatan untuk menghadapi rezim begitu kuat dan represif, di mana melawan pemerintah berarti menghadapi risiko besar, termasuk penangkapan, kekerasan, bahkan pembunuhan dan penghilangan paksa.

Novel ini terdiri dari dua bagian, di bagian pertama menyoroti perjalanan Bujang dan para aktivisnya dalam merencanakan aksi-aksi demonstrasi melawan rezim Orde Baru. Bagian kedua berfokus pada dampak dari penghilangan aktivis dan pencarian keluarga mereka hilang, memberikan perspektif emosional tentang kehilangan dan harapan.

Latar belakang peristiwa terjadi era1990-an, novel ini bukan hanya sebuah kisah fiksi, tetapi juga sebuah penghormatan bagi para aktivis yang berjuang untuk kebebasan, di mana sejarah tidak hanya diingat, tetapi juga dipahami melalui perjalanan karakter kuat

4. Matahari Merah Bulan Mei karya

Matahari Merah Bulan Mei karya Ali Akbar adalah novel menceritakan perjuangan para aktivis reformasi di Indonesia. Diterbitkan pada 2008 oleh Maju Mbojo, novel ini terdiri dari 241 halaman.

Meskipun berbentuk fiksi, namun novel ini mengambil inspirasi dari realitas perjuangan para pejuang reformasi dalam mempertaruhkan nyawa mereka demi perubahan di Indonesia. Novel ini menceritakan perjalanan Andreans dan teman-temannya terlibat dalam gerakan aktivis untuk menuntut mundurnya Presiden Soeharto.

Selain itu, novel ini juga mengangkat pengalaman pribadi Andreans berkaitan dengan Mei, seorang mahasiswi keturunan Tionghoa, menghadapi berbagai tantangan selama masa-masa di 98 tersebut.

Ali Akbar dalam karyanya mencoba menggambarkan dengan mendalam bagaimana para aktivis ini menghadapi tantangan besar, baik secara fisik maupun emosional, selama era reformasi. Cerita dalam novel ini berusaha memberikan penghargaan kepada keberanian dan pengorbanan para pejuang yang tak pernah menyerah dalam menghadapi ketidakadilan.

Berita Terkini Lainnya