Ekonomi Lampung Triwulan IV 2022 Tumbuh 5,05 Persen, Ini Pemicunya

Kontraksinya membaik sejak pandemik hingga tahun pemulihan

Bandar Lampung, IDN Times - Perekonomian Provinsi Lampung triwulan 4 tahun 2022 berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Lampung tumbuh sebesar 5,05 persen (y-on-y). Secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi Lampung 2022 dibanding 2021 tumbuh sebesar 4,28 persen (c-to-c).

“Secara q to q, pertumbuhan ekonomi Lampung triwulan 4 2022 sejalan dengan pertumbuhan pola triwulanan yang selalu terjadi kontraksi. Kita bisa lihat, sebelum pandemik dan tahun pemulihan kontraksinya semakin membaik. Hal ini menandakan pertumbuhan ekonomi sejak triwulan 2-2022 terus berlanjut dan semakin membaik,” jelas Kepala BPS Lampung, Endang Retno Sri Subiyandani, saat konferensi pers pada Senin(6/2/2023).

Ia menambahkan, pertumbuhan kumulatif tertinggi terjadi pada lapangan usaha jasa Lainnya tumbuh sebesar 25,45 persen, transportasi dan pergudangan tumbuh 20,34 persen dan jasa perusahaan tumbuh sebesar 17,49 persen. Selanjutnya lapangan usaha Perdagangan Besar Eceran dan Reparasi Mobil-Sepeda Motor serta Penyediaan Akomodasi, dan Makan Minum tumbuh masing-masing sebesar 15,35 persen dan 12,61 persen.

“Sementara itu, masih terdapat lapangan usaha mengalami pertumbuhan terkontraksi terutama pada pertambangan dan penggalian serta jasa keuangan dengan kontraksi masing-masing mencapai 3,88 persen dan 3,58 persen,” jelasnya,

Baca Juga: Cara PLN Perkaya Kapasitas dan Kapabilitas UMKM Lampung

1. Kontraksi pertumbuhan ekonomi triwulan 4-2022

Ekonomi Lampung Triwulan IV 2022 Tumbuh 5,05 Persen, Ini PemicunyaIlustrasi pertumbuhan ekonomi (IDN Times/Arief Rahmat)

BPS Lampung juga mencatat ekonomi Provinsi Lampung triwulan IV-2022 dibanding triwulan III-2022 (q-to-q) terkontraksi sebesar 5,34 persen. Kontraksi pertumbuhan terutama disebabkan penurunan produksi Pertanian, Kehutanan dan Perikanan merupakan sektor dominan penopang perekonomian Provinsi Lampung. Tercatat pertumbuhannya mengalami kontraksi sebesar 17,41 persen.

Endang menjelaskan, struktur PDRB Provinsi Lampung 2022 atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha tidak menunjukkan perubahan berarti. Perekonomian Provinsi Lampung masih didominasi oleh lapangan usaha Pertanian, Kehutanan dan Perikanan dengan peranan sebesar 27,90 persen.

“Diikuti Industri Pengolahan sebesar 18,55 persen, Perdagangan Besar Eceran dan Reparasi Mobil-Sepeda Motor sebesar 13,20 persen, serta Konstruksi sebesar 9,75 persen. Peranan keempat lapangan usaha tersebut dalam perekonomian Provinsi Lampung mencapai 69,40 persen,” jelasnya.

2. Lima komponen pengeluaran tumbuh positif

Ekonomi Lampung Triwulan IV 2022 Tumbuh 5,05 Persen, Ini Pemicunyailustrasi pertumbuhan ekonomi (unsplash.com/@markuswinkler)

Lebih lanjut Endang menjelaskan, terdapat lima komponen pengeluaran tumbuh positif dan satu komponen yaitu PK-P terkontraksi sebesar 5,04 persen. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada Komponen Ekspor Barang dan Jasa sebesar 6,67 persen, diikuti oleh Komponen PK-RT sebesar 4,74 persen, Komponen PMTB sebesar 2,38 persen dan Komponen PK-LNPRT sebesar 1,22 persen.

Sementara itu, Komponen Impor Barang dan Jasa sebagai faktor pengurang dalam PDRB Pengeluaran tumbuh sebesar 4,37 persen. Struktur PDRB Provinsi Lampung menurut pengeluaran atas dasar harga berlaku tahun 2022 tidak menunjukkan perubahan yang berarti.

“Komponen Impor Barang dan Jasa sebagai faktor pengurang dalam PDRB memiliki peran sebesar 55,35 persen,” kata Endang.

3. Produksi komoditas pangan mengalami penurunan dan kenaikan

Ekonomi Lampung Triwulan IV 2022 Tumbuh 5,05 Persen, Ini PemicunyaIlustrasi padi (ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah)

Endang menambahkan, ada beberapa peristiwa sepanjang triwwlan 4 2022, yakni berdasarkan hasil KSA produksi komoditas tanaman pangan mengalami penurunan secara qtoq di antaranya, padi, kacang hijau, jagung, kedelai dan ubi jalar. Akan tetapi komoditas padi, jagung,kacang tanah, kacang hijau dan ubi kayu meningkat secara y-on-y.

“Produksi perkebunan meningkat secara y-on-y dan menurun secara q-to-q. penurunan disebabkan karena musim giling tebu telah berakhir. Sedankan peningkatan produksi terjadi kopi, kelapa sawit dan karet,” jelasnya.

Sementara itu untuk produksi makanan dan minuman mengalami penurunan baik secara qtoq maupun yoy.

Baca Juga: Cukai Rokok Naik dan Cuaca Buruk Picu Inflasi Januari 0,82 Persen

Topik:

  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya