Inflasi September 2022 Lampung Tertinggi Sejak 2018, Kok Bisa?

Pengamat sebut inflasi tinggi picu tingkat kemiskinan naik

Bandar Lampung, IDN Times - Provinsi Lampung mengalami pertumbuhan inflasi sebesar 1,32 persen periode September 2022. Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Lampung menyatakan, hal ini terjadi akibat kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang diberlakukan secara nasional.

Namun tak hanya meningkat, BPS Provinsi Lampung juga menyatakan, kenaikan ini merupakan kenaikan inflasi tertinggi sejak 2018 hingga 2022. Pengamat Ekonomi Provinsi Lampung, Usep Syaifudin menyampaikan, kondisi inflasi periode terlapor dalam lingkup paling besar, bisa mengakibatkan peningkatan angka kemiskinan.

“Yang pasti inflasi menyebabkan daya beli masyarakat menurun karena harga pada naik bahkan dalam skup yang lebih besar bisa terjadi adanya peningkatan masyarakat miskin. Memang pertumbuhan inflasi ini sudah diprediksi begitu ada kenaikan harga BBM dan terbukti sekarang,” katanya ketika dihubungi IDN Times, Senin (3/10/2022).

Baca Juga: BPS Klaim Penduduk Miskin di Lampung Tersisa 1 Juta Orang

1. Pemerintah harus menjaga agar laju inflasi tidak meningkat tajam

Inflasi September 2022 Lampung Tertinggi Sejak 2018, Kok Bisa?Ilustrasi Inflasi. IDN Times/Arief Rahmat

Usep menjelaskan, antara inflasi dan deflasi sebenarnya tidak bagus untuk keberlangsungan hidup masyarakat. Namun inflasi yang buruk bagi masyarakat adalah inflasi terlalu tinggi. Sedangkan inflasi itu akan tetap ada sepanjang adanya pertumbuhan dan pembangunan di suatu daerah.

“Kalau deflasi itu misalnya dari sisi investor ya, saya investasi 1 juta, tahun depan pasti dapatnya ga sampai 1 juta. Kan pasti tidak ada yang mau (investasi di daerah itu). Sedangkan inflasi itu yang tidak bagus kalau terlalu tinggi. Yang harus dijaga adalah besarannya. Jangan sampai laju pertumbuhan inflasi melebihi laju pertumbuhan pendapatan masyarakat,” katanya.

Kemudian Usep mengatakan, untuk kenaikan laju inflasi masih dalam batas wajar tidak akan berdampak buruk bagi masyarakat. Namun inflasi akan tetap menyebabkan daya beli masyarakat menurun.

“Artinya ketika harga barang dan jasa naik maka daya belinya turun, dan skup yang lebih besar bisa jadi meningkatkan kemiskinan. Walaupun di saat yang bersamaan pemerintah punya program bantuan tapi apakah itu imbang? menurut saya sepertinya gak juga,” timpal akademisi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung ini.

2. Kenaikan BBM memiliki multiply effect

Inflasi September 2022 Lampung Tertinggi Sejak 2018, Kok Bisa?Cabai di pasar tradisional Kota Bandar Lampung. (IDN Times/Tama Yudha Wiguna)

Usep menyebutkan pertumbuhan inflasi akibat kenaikan BBM ini seyogyanya karena BBM mempunyai multiplayer effect terhadap hampir semua komoditas yang ada.

“Karena dia digunakan di sektor transportasi. Makanya ketika naik, otomatis biaya angkut (barang-barang) pun akan naik. Kalau sudah gitu harga jual komoditi dan lain-lain mau gak mau ikut naik,” jelasnya.

Apalagi ditambah adanya krisis perang di Rusia dan Ukraina, Usep mengatakan hal itu tentu ikut berkontribusi pada kenaikan harga di beberapa komoditas khususnya gandum.

“Karena kita ketahui beberapa komoditas impor pangan dan energi juga kemarin naik ya. Dipicu oleh krisis perang Rusia dan Ukraina, karena Indonesia adalah importir gandum yang cukup besar. Mungkin ada dampak dari situ,” paparnya.

3. Inflasi Oktober perlu diwaspadai karena belum semua wilayah melakukan penyesuaian tarif

Inflasi September 2022 Lampung Tertinggi Sejak 2018, Kok Bisa?Ilustrasi makanan di restoran mewah (IDN Times/Fitang Budhi Adhitia)

Diketahui pada laporan resmi BPS Provinsi Lampung 3 Oktober 2022 ini, penyesuaian harga BBM diberlakukan pada awal bulan mendorong adanya inflasi pada September 2022 sebesar 1,32 persen.

Kelompok transportasi memiliki andil terbanyak yakni 0,96 persen. Sedangkan komoditas makanan, minuman dan tembakau mengalami deflasi 0,15 persen sehingga menahan inflasi year on year yang relatif landai (8,69 persen) dari inflasi Agustus (8,55 persen).

Tak hanya itu, menurut kategori komoditas barang dan jasanya, ada 5 komoditi memiliki kontribusi besar pada inflasi bulan ini yakni bensin, rokok kretek filter, solar, kontrak rumah, dan sop.

“Komoditas bensin memiliki andil paling besar yakni 0,811 persen. Solar juga masuk kategori tertinggi ketiga yakni sebesar 0,096 persen. Perlu diwaspadai inflasi Oktober khususnya pada kelompok transportasi karena belum semua wilayah melakukan penyesuaian tarif angkutan,” kata Riduan, Statistisi Ahli Madya BPS Provinsi Lampung.

Baca Juga: BPS Sebut 210,6 Ribu Warga di Lampung Periode 2021 Menganggur

Topik:

  • Rohmah Mustaurida
  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya