Masyarakat Diminta Berhati-hati dan Tidak Asal Ikutan Boikot

Dapat menjadi bumerang

Intinya Sih...

  • Masyarakat diminta hati-hati dalam boikot agar tidak berdampak PHK.
  • Boikot Israel diharapkan mendorong pemerintah untuk pemutusan relasi G2G.
  • Tanpa boikot, ekonomi Indonesia melemah dan mengalami deflasi serta gelombang PHK.

Masyarakat diminta berhati-hati dan tidak asal ikutan dalam mengikuti seruan boikot. Pasalnya, boikot dapat menjadi bumerang jika tidak dilakukan secara seksama dan terukur.

Ketua Dewan Pakar Pusat Studi Siyasah dan Pemberdayaan Masyarakat (PS2PM) Yogyakarta, Dr. M Muslich KS mengatakan, boikot yang tidak terukur dapat berbuah gelombang PHK kepada masyarakat. Maka dari itu, dia meminta masyarakat memiliki strategi tepat agar tidak jatuh korban dari masyarakat.

"Dalam konteks isu (boikot) jangan ada korban kalau bisa. Tapi strategi boikot itu kita pola sedemikian rupa sehingga menjadikan isu itu tidak menjadi sesuatu bumerang bagi kita," kata Muslich dalam keterangan resmi, Senin (16/9/2024).

Baca Juga: Anggota DPRD Fraksi PDIP di Lampung Dilarang Gadai SK Pengangkatan

1. Dorong kebijakan pemerintah

Masyarakat Diminta Berhati-hati dan Tidak Asal Ikutan Boikotilustrasi kebijakan fiskal (Freepik.com/lenadig)

Agar tidak menjadi bumerang menurut Muslich, salah satunya mendorong kebijakan di level pemerintah agar tidak lagi berhubungan secara government to government (G2G) dengan Israel. Seperti diketahui, meski Indonesia dan Israel tidak memiliki hubungan diplomatik formal, namun kedua negara tetap menjaga kontak perdagangan, pariwisata dan keamanan.

Mengutip kementerian perdagangan (kemendag), impor dari Israel untuk Indonesia meningkat ratusan persen secara tahunan (yoy). Pada periode Januari hingga April 2024, impor Israel ke Indonesia meningkat 336 persen secara yoy menjadi US$29,2 juta atau setara dengan Rp479,6 miliar.

Perdagangan antar kedua negara tidak hanya sampai pada produk fisik semata namun juga software atau perangkat lunak mata-mata. Sejak 2017, sejumlah perusahaan asal Israel ditengarai telah menjual teknologi penyadapan ke Indonesia seperti Pegassus untuk menyadap perangkat elektronik.

2. Boikot perlu strategi

Masyarakat Diminta Berhati-hati dan Tidak Asal Ikutan Boikotilustrasi brand strategi (pexels.com/Leeloo The First)

Investigasi Amnesty International menemukan teknologi dan alat-alat penyadapan itu dipesan sejumlah lembaga negara, di antaranya Polri dan Badan Sandi dan Siber Nasional (BSSN). Muslich menyebut, melalui pemutusan relasi G2G, tekanan ekonomi dapat lebih dirasakan oleh Israel.

Hal itu tentunya akan lebih berdampak pada agresi militer Israel kepada Palestina. "Yang harus kita lakukan sehingga dampak boikot sendiri akan dapat bermanfaat untuk kepentingan politik luar negeri kita terkait dengan agresi itu," ucap Muslich.

"Bagaimana strategi kita [boikot] jalan tapi korban jangan sampai terjadi yang begitu dahsyat," sambung Muslich.

3. Ekonomi Indonesia sedang tidak baik-baik saja

Masyarakat Diminta Berhati-hati dan Tidak Asal Ikutan BoikotIlustrasi Bahan Makanan Supermarket (pexels.com/Violetta Ramonaite)

Menurutnya, tanpa boikot, ekonomi Indonesia sedang tidak baik-baik saja. Maka dari itu, tidak perlu aksi tambahan yang dapat memperparah kondisi ekonomi.

Lemahnya ekonomi Indonesia saat ini dibuktikan dengan pernyataan Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) menyebut Indonesia mengalami deflasi yang selama empat bulan berturut-turut. Hal itu mengindikasikan daya beli masyarakat yang melemah.

Selain itu, gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) semakin marak. Data Kementerian Ketenagakerjaan menyebut jumlah buruh korban PHK menembus 46 ribu orang sepanjang tahun 2024. "Tidak ada upaya boikot saja pengangguran di indonesia itu kan sekarang sudah pada titik yang sangat mengkhawatirkan," jelas Muslich.

Baca Juga: Benarkah Daya Beli Masyarakat Melemah, Ekonomi Indonesia Rentan?

Topik:

  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya